Logo DHIS Primary Buah Batu Darul Hikam

Sekolah Islam Bandung, Primary School di Kota bandung Bandung, Darul Hikam, DHIS Primary Buah Batu


Mengajarkan Anak Mengendalikan Amarah dengan Cara Positif
Published: 04 Desember 2025 14:46

 

“Di balik setiap luapan marah, ada hati kecil yang sedang belajar memahami dirinya. Tugas kita adalah menemani, bukan menghakimi.”

 

Setiap anak pasti pernah marah, baik karena kecewa, merasa tidak didengar, kelelahan, atau sulit mengekspresikan apa yang ia rasakan. Marah adalah emosi yang alami, namun bagaimana anak mengekspresikan dan mengelolanya inilah yang perlu dibimbing dengan lembut. Mengajarkan anak mengendalikan amarah sejak dini bukan bertujuan membuat anak “tidak boleh marah”, tetapi membantu mereka marah dengan cara yang sehat dan tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

 

Mengapa Anak Butuh Belajar Mengelola Marah?

  • Anak belum mampu mengekspresikan emosi dengan kata-kata.
  • Otak bagian pengendali emosi (prefrontal cortex) masih berkembang.
  • Anak meniru apa yang ia lihat di lingkungan terdekatnya.
  • Anak perlu merasa aman untuk meluapkan emosi, bukan takut dimarahi.

Dengan bimbingan yang benar, anak belajar bahwa marah boleh, asal disampaikan dengan cara yang baik

 

Tanda Anak Sulit Mengendalikan Marah

Orang tua perlu memperhatikan tanda berikut:

  • sering tantrum dan meluap-luap,
  • membanting barang,
  • menangis berlebihan,
  • memukul teman atau saudara,
  • berteriak saat ditolak atau dilarang.

Perilaku ini bukan karena anak nakal, tapi belum mengenali cara yang tepat untuk mengekspresikan emosinya.

 

Strategi Positif untuk Membantu Anak Mengendalikan Amarah

1️. Tetap Tenang dan Jadilah Cermin Emosi

Anak belajar dari respon orang tua. Ketika orang tua tetap tenang, anak merasa aman dan ikut menstabilkan emosinya.

“Ibu di sini ya… Aku tunggu kamu sampai tenang.”

2️. Validasi Perasaannya

Jangan buru-buru menasehati. Akui dulu emosinya agar ia merasa dimengerti.

“Kamu kesal karena mainannya direbut, ya? Wajar kok.”

Anak yang dimengerti akan lebih mudah diajak bicara.

3️. Berikan Kata-kata Pengganti untuk Ekspresi Emosi

Anak sering marah karena belum punya kosakata untuk menjelaskan perasaannya.
Contoh:

  • “Aku kecewa.”
  • “Aku tidak suka.”
  • “Aku butuh waktu.”

Ajarkan dengan latihan sederhana sehari-hari.

4️. Ajak Anak Mengambil Napas Perlahan

Teknik regulasi tubuh sangat membantu.
Bisa dengan permainan:

  • “Tiup lilin.”
  • “Hirup bunga, hembuskan angin.”

Cara ini membuat anak kembali ke mode tenang.

5️. Berikan Batasan yang Jelas tapi Lembut

“Kamu boleh marah, tapi tidak boleh memukul.”
“Kalau marah, kamu bisa bilang ke Ibu.”

Batasan yang konsisten membantu anak memahami aturan.

6️. Gunakan Waktu Tenang (Calm Corner)

Sediakan area kecil di rumah/kelas berisi:

  • buku gambar,
  • bantal kecil,
  • sensory toys,
  • kartu emosi.

Bukan hukuman, tapi ruang aman untuk menenangkan diri.

7️. Bahas Ulang Setelah Anak Tenang

Gunakan momen itu sebagai pembelajaran:

  • apa yang membuatnya marah,
  • apa yang bisa dilakukan lain kali,
  • bagaimana cara memperbaiki jika menyakiti orang lain.

Inilah kunci anak belajar “mengelola”, bukan “menahan”.

Dalam Islam, mengendalikan amarah adalah akhlak mulia yang dijanjikan pahala besar. Mengajarkan anak menahan diri dan bersikap lembut merupakan bagian dari pendidikan hati yang dicintai Allah. Ketika orang tua membimbing anak menghadapi marah dengan sabar, sesungguhnya mereka sedang menanamkan kesabaran dan ketakwaan sejak dini.

 

Allah berfirman:

“… dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Rasulullah ﷺ bersabda:

 

“Orang kuat bukan yang menang berkelahi, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengajarkan anak mengelola marah adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran, teladan, dan konsistensi. Tetapi setiap langkah kecil — dari mendengarkan, memeluk, hingga membimbing — akan membentuk anak menjadi pribadi yang lebih matang secara emosi.

 

Mari dampingi anak melewati emosinya, bukan memarahinya. Karena dari situlah kekuatan diri dan kelembutan hatinya tumbuh.